Pemimpin adalah
seseorang yang memandu rakyat atau
anggotanya mencapai sebuah tujuan yang telah dirancang bersama. Menurut KBBI
pemimpin adalah seseorang yang ditunjuk untuk membimbing. Banyak sekali
definisi pemimpin yang diungkapkan oleh para ahli secara teoritis. Namun, wujud
pemimpin seperti apakah yang sebenarnya dikehendaki oleh setiap orang?
Pada saat melakukan
kampanye, calon – calon pemimpin mengumbar janji – janji manis yang dituangkan
dalam berjuta perogram. Dari program A hingga program Z, dari mulai program
bersifat materi hingga program bersifat sosial pendidikan tentu untuk menarik
hati pemilih. Begitu banyak calon pemilih yang menyuarakan isi hatinya, “Kami
butuh bukti bukan janji.” Apakah seorang pemimpin tidak boleh berjanji?
Janji adalah sebuah
komitmen. Pemimpin yang tidak mau berjanji artinya ia tidak mau berkomitmen
terhadap rakyatnya. Seorang pemimpin harus berani membuat janji karena janji
itulah yang akan dipegang rakyatnya sebagai suatu hak tagih untuk diwujudkan
setelah si calon pemimpin terpilih. Kendati boleh berjanji, bukan berarti janji
yang dibuat berupa angan – angan tinggi yang berlebihan, melainkan harus berupa
hal yang realistis.
Setiap golongan
masyarakat, baik itu organisasi formal maupun nonformal membutuhkan seorang
pemimpin. Pemimpin akan bertugas sebagai sosok yang memberi contoh,
mengingatkan, memotivasi bahkan mengevaluasi kinerja bawahannya. Jika tidak ada
seorang pemimpin dalam sebuah organisasi, tiap – tiap anggota akan bertindak
sesukanya, karena tidak ada seseorang berposisi lebih tinggi yang berhak menilai
dan mengawasi.
Ibarat sebuah perang,
seorang pemimpin tidak harus selalu berada di garis depan sepanjang peperangan.
Ki Hadjar Dewantara membekali kita tiga ajaran bahwa pemimpin harus memiliki
jiwa Ing Ngarso Sung Tulado, artinya
menjadi terdepan sebagai pemberi tauladan. Selain itu, pemimpin juga dapat
berdiri di tengah sebagai wujud Ing Madyo
Mbangun Karso, artinya berada di tengah rakyat untuk membangkitkan
semangat. Kemudian, seorang pemimpin
juga terkadang perlu berada di garis belakang atau Tut Wuri Handayani, artinya di belakang untuk memberi motivasi
sehingga para rakyatnya tidak merasa ditinggalkan.
Harapan pertama dari
terpilihnya seorang pemimpin adalah ia seorang yang beriman pada Tuhan Yang
Maha Esa, seorang pemegang agama yang teguh. Jangan sampai pemimpin terpilih
adalah seorang yang tidak berketuhanan atau bahkan ateis. Jika pemimpin
terpilih adalah seorang yang beriman, kita tidak perlu khawatir karena
kewajiban pribadinya saja terhadap Tuhan, dia tunaikan. Apalagi, kewajibannya
terhadap sesama manusia terutama rakyatnya.
Harapan kedua ialah
pemimpin terpilih dapat amanah dalam menunaikan tugas dan kewajibannya. Amanah
dalam arti dapat dipercaya mampu membawa anggota yang dipimpinnya ke dalam
keadaan yang lebih baik. Ia tidak memanfaatkan kekuasaan dan jabatan untuk kepentingan
pribadi dan suatu golongan semata. Bukan juga seseorang yang ingin menjadi
pemimpin hanya untuk memperkaya diri sendiri.
Harapan ketiga ialah
pemimpin terpilih memiliki sifat jujur, atau kita kenal sebagai sifat
berintegritas. Integritas sendiri dapat diartikan sebagai jujur dan berkarakter
kuat. Kejujuran akan menghasilkan karakter yang kuat, tidak lemah menghadapi
segala permasalahan. Seorang pemimpin haruslah jujur atau terbuka kepada
rakyatnya, mulai dari hal berhubungan dengan birokrasi internal hingga perihal
keuangan. Suatu keterbukaan akan bertimbal balik pada suatu kepercayaan dan ketenangan.
Harapan keempat adalah seorang
pemimpin hendaknya mau mendengar suara rakyat. Ia mau mendengar segala keluh
kesah yang dihadapi rakyatnya. Selain itu, ia tidak pula hanya mau mendengar
kata – kata manis berupa pujian saja, tetapi mau mendengar kritik atas segala
kekurangan dalam kepemimpinannya. Setelah mendengar suara rakyat, seyogyanya ia
menjadi solutif maupun inisiatif untuk memperbaiki segala kekurangan yang ada,
bukan hanya sekadar formalitas ingin mendengar suara rakyat saja.
Harapan lainnya tentu
pemimpin terpilih adalah seorang yang cerdas. Ia memahami permasalahan sekitar
dan memahami pula solusi yang harus diambil. Ia memahami kebijakan apa yang
harus diterapkan. Sekalipun ia ragu dalam mengambil suatu keputusan, ia tahu
apa yang ia ragukan karena khawatir akan merugikan rakyatnya. Apabila ia takut
dalam mengambil suatu keputusan, ia tahu apa yang ia takutkan karena khawatir
akan membahayakan rakyatnya.
Apabila mengutip dari
perkataan Imam Al-Ghazali mengatakan, “Ada empat macam golongan manusia.
Pertama, oyang yang tahu bahwa dia tahu. Orang seperti ini disebut alim
(berpengetahuan), maka ikutilah. Kedua, orang yang tahu dan tidak tahu bahwa
dia tahu. Orang seperti ini sedang tidur, maka bangunkanlah. Ketiga, orang yang
tidak tahu dan tahu bahwa dia tidak tahu. Orang seperti ini adalah orang yang
minta petunjuk, maka tunjukilah. Keempat, orang yang tidak tahu dan tidak tahu
bahwa dia tidak tahu. Orang seperti ini disebut bodoh, maka cegahlah.”
Kalimat Imam Al-Ghozali
tersebut mengajarkan bahwa pilihlah seorang pemimpin yang menjadi golongan
pertama. Janganlah memilih seorang pemimpin yang berada pada golongan keempat. Jangan
sampai pemimpin terpilih adalah seseorang yang tidak tahu apa – apa, tidak tahu
apa yang ia khawatirkan dan tidak tahu pula apa yang ia takutkan dalam
mengambil keputusan.
Terdapat banyak tipe
kepemimpinan dalam ilmu manajemen. Diantaranya yang sering kita dengar adalah
otokratis atau otoriter dan demokratis. Manakah tipe yang lebih baik? Setiap
pemimpin memiliki gaya kepemimpinan masing – masing. Tetapi pemimpin yang baik
adalah seseorang yang dapat memposisikan diri bahwa ia tahu kapan harus
bertindak otoriter dan kapan harus bertindak demokrasi.
Dalam suatu organisasi,
kita memiliki dua pilihan posisi, yaitu akan menjadi pemimpin atau akan menjadi
orang yang dipimpin. Saat menjadi calon pemimpin, alangkah baiknya kita dapat
mempersiapkan diri dalam hal lahir maupun batin serta memikirkan pijakan –
pijakan yang harus dilalui untuk mencapai puncak harapan – harapan yang
disuarakan rakyat sehingga dapat terwujud.
Bagaimana jika kita
berada pada posisi orang yang akan dipimpin? Maka, pilihlah seorang calon
pemimpin yang dirasa mampu mewujudkan harapan – harapan indah diatas. Caranya
adalah dengan mengenali terlebih dahulu siapa sosok calon pemimpin yang akan
dipilih. Mengenali identitas, latar belakang, serta visi misi calon pemimpin
adalah penting. Jangan termakan ajakan – ajakan pihak tertentu semata.
Setelah mengenali,
kemudian kita harus mencintai terlebih dahulu para calon pemimpin kita. Berapa
banyakpun calon pemimpin yang ada, tetap yang terpilih hanyalah satu. Oleh
karena itu, sebagai orang yang dipimpin alangkah baiknya dapat menerima dan
mulai mencintai siapapun sosok pemimpin yang terpilih nantinya. Karena siapapun
dan dari golongan mana pun, dia lah yang akan memimpin dan membimbing kita dalam
mewujudkan suatu tujuan bersama.
😍 Terima kasih 😍
Tidak ada komentar:
Posting Komentar