Kamis, 01 Desember 2016

SATU PEMIMPIN SEJUTA HARAPAN



Pemimpin adalah seseorang yang memandu  rakyat atau anggotanya mencapai sebuah tujuan yang telah dirancang bersama. Menurut KBBI pemimpin adalah seseorang yang ditunjuk untuk membimbing. Banyak sekali definisi pemimpin yang diungkapkan oleh para ahli secara teoritis. Namun, wujud pemimpin seperti apakah yang sebenarnya dikehendaki oleh setiap orang?

Pada saat melakukan kampanye, calon – calon pemimpin mengumbar janji – janji manis yang dituangkan dalam berjuta perogram. Dari program A hingga program Z, dari mulai program bersifat materi hingga program bersifat sosial pendidikan tentu untuk menarik hati pemilih. Begitu banyak calon pemilih yang menyuarakan isi hatinya, “Kami butuh bukti bukan janji.” Apakah seorang pemimpin tidak boleh berjanji?

Janji adalah sebuah komitmen. Pemimpin yang tidak mau berjanji artinya ia tidak mau berkomitmen terhadap rakyatnya. Seorang pemimpin harus berani membuat janji karena janji itulah yang akan dipegang rakyatnya sebagai suatu hak tagih untuk diwujudkan setelah si calon pemimpin terpilih. Kendati boleh berjanji, bukan berarti janji yang dibuat berupa angan – angan tinggi yang berlebihan, melainkan harus berupa hal yang realistis.

Setiap golongan masyarakat, baik itu organisasi formal maupun nonformal membutuhkan seorang pemimpin. Pemimpin akan bertugas sebagai sosok yang memberi contoh, mengingatkan, memotivasi bahkan mengevaluasi kinerja bawahannya. Jika tidak ada seorang pemimpin dalam sebuah organisasi, tiap – tiap anggota akan bertindak sesukanya, karena tidak ada seseorang berposisi lebih tinggi yang berhak menilai dan mengawasi.

Ibarat sebuah perang, seorang pemimpin tidak harus selalu berada di garis depan sepanjang peperangan. Ki Hadjar Dewantara membekali kita tiga ajaran bahwa pemimpin harus memiliki jiwa Ing Ngarso Sung Tulado, artinya menjadi terdepan sebagai pemberi tauladan. Selain itu, pemimpin juga dapat berdiri di tengah sebagai wujud Ing Madyo Mbangun Karso, artinya berada di tengah rakyat untuk membangkitkan semangat. Kemudian,  seorang pemimpin juga terkadang perlu berada di garis belakang atau Tut Wuri Handayani, artinya di belakang untuk memberi motivasi sehingga para rakyatnya tidak merasa ditinggalkan.

Harapan pertama dari terpilihnya seorang pemimpin adalah ia seorang yang beriman pada Tuhan Yang Maha Esa, seorang pemegang agama yang teguh. Jangan sampai pemimpin terpilih adalah seorang yang tidak berketuhanan atau bahkan ateis. Jika pemimpin terpilih adalah seorang yang beriman, kita tidak perlu khawatir karena kewajiban pribadinya saja terhadap Tuhan, dia tunaikan. Apalagi, kewajibannya terhadap sesama manusia terutama rakyatnya.

Harapan kedua ialah pemimpin terpilih dapat amanah dalam menunaikan tugas dan kewajibannya. Amanah dalam arti dapat dipercaya mampu membawa anggota yang dipimpinnya ke dalam keadaan yang lebih baik. Ia tidak memanfaatkan kekuasaan dan jabatan untuk kepentingan pribadi dan suatu golongan semata. Bukan juga seseorang yang ingin menjadi pemimpin hanya untuk memperkaya diri sendiri.

Harapan ketiga ialah pemimpin terpilih memiliki sifat jujur, atau kita kenal sebagai sifat berintegritas. Integritas sendiri dapat diartikan sebagai jujur dan berkarakter kuat. Kejujuran akan menghasilkan karakter yang kuat, tidak lemah menghadapi segala permasalahan. Seorang pemimpin haruslah jujur atau terbuka kepada rakyatnya, mulai dari hal berhubungan dengan birokrasi internal hingga perihal keuangan. Suatu keterbukaan akan bertimbal balik pada suatu kepercayaan dan ketenangan.
 
Harapan keempat adalah seorang pemimpin hendaknya mau mendengar suara rakyat. Ia mau mendengar segala keluh kesah yang dihadapi rakyatnya. Selain itu, ia tidak pula hanya mau mendengar kata – kata manis berupa pujian saja, tetapi mau mendengar kritik atas segala kekurangan dalam kepemimpinannya. Setelah mendengar suara rakyat, seyogyanya ia menjadi solutif maupun inisiatif untuk memperbaiki segala kekurangan yang ada, bukan hanya sekadar formalitas ingin mendengar suara rakyat saja.

Harapan lainnya tentu pemimpin terpilih adalah seorang yang cerdas. Ia memahami permasalahan sekitar dan memahami pula solusi yang harus diambil. Ia memahami kebijakan apa yang harus diterapkan. Sekalipun ia ragu dalam mengambil suatu keputusan, ia tahu apa yang ia ragukan karena khawatir akan merugikan rakyatnya. Apabila ia takut dalam mengambil suatu keputusan, ia tahu apa yang ia takutkan karena khawatir akan membahayakan rakyatnya.

Apabila mengutip dari perkataan Imam Al-Ghazali mengatakan, “Ada empat macam golongan manusia. Pertama, oyang yang tahu bahwa dia tahu. Orang seperti ini disebut alim (berpengetahuan), maka ikutilah. Kedua, orang yang tahu dan tidak tahu bahwa dia tahu. Orang seperti ini sedang tidur, maka bangunkanlah. Ketiga, orang yang tidak tahu dan tahu bahwa dia tidak tahu. Orang seperti ini adalah orang yang minta petunjuk, maka tunjukilah. Keempat, orang yang tidak tahu dan tidak tahu bahwa dia tidak tahu. Orang seperti ini disebut bodoh, maka cegahlah.”

Kalimat Imam Al-Ghozali tersebut mengajarkan bahwa pilihlah seorang pemimpin yang menjadi golongan pertama. Janganlah memilih seorang pemimpin yang berada pada golongan keempat. Jangan sampai pemimpin terpilih adalah seseorang yang tidak tahu apa – apa, tidak tahu apa yang ia khawatirkan dan tidak tahu pula apa yang ia takutkan dalam mengambil keputusan.

Terdapat banyak tipe kepemimpinan dalam ilmu manajemen. Diantaranya yang sering kita dengar adalah otokratis atau otoriter dan demokratis. Manakah tipe yang lebih baik? Setiap pemimpin memiliki gaya kepemimpinan masing – masing. Tetapi pemimpin yang baik adalah seseorang yang dapat memposisikan diri bahwa ia tahu kapan harus bertindak otoriter dan kapan harus bertindak demokrasi.

Dalam suatu organisasi, kita memiliki dua pilihan posisi, yaitu akan menjadi pemimpin atau akan menjadi orang yang dipimpin. Saat menjadi calon pemimpin, alangkah baiknya kita dapat mempersiapkan diri dalam hal lahir maupun batin serta memikirkan pijakan – pijakan yang harus dilalui untuk mencapai puncak harapan – harapan yang disuarakan rakyat sehingga dapat terwujud.

Bagaimana jika kita berada pada posisi orang yang akan dipimpin? Maka, pilihlah seorang calon pemimpin yang dirasa mampu mewujudkan harapan – harapan indah diatas. Caranya adalah dengan mengenali terlebih dahulu siapa sosok calon pemimpin yang akan dipilih. Mengenali identitas, latar belakang, serta visi misi calon pemimpin adalah penting. Jangan termakan ajakan – ajakan pihak tertentu semata.

Setelah mengenali, kemudian kita harus mencintai terlebih dahulu para calon pemimpin kita. Berapa banyakpun calon pemimpin yang ada, tetap yang terpilih hanyalah satu. Oleh karena itu, sebagai orang yang dipimpin alangkah baiknya dapat menerima dan mulai mencintai siapapun sosok pemimpin yang terpilih nantinya. Karena siapapun dan dari golongan mana pun, dia lah yang akan memimpin dan membimbing kita dalam mewujudkan suatu tujuan bersama.

😍 Terima kasih 😍

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

STUNTING

sumber : www.google.com        Tanggal 23 Juli lalu kita memperingati hari anak nasional atau Children’s Day. Anak adalah pelita, deng...