PERJALANAN MENUJU SEBUAH KARYA TULIS ILMIAH SEBAGAI WARISAN PENGETAHUAN
Sekitar
minggu ketiga bulan September 2016 tepatnya tanggal 21 September 2016, saya dan
rekan-rekan satu kelas ditugasi oleh Dosen Mata Kuliah Aplikasi Keuangan Negara
untuk membuat sebuah karya tulis bertemakan Teknologi Informasi dan
Komunikasi. Dari tema tersebut, kami bebas untuk mengambil topik apa
saja mengenai kemajuan teknologi yang sudah memberi banyak manfaat bagi
pekerjaan manusia dewasa ini. Akhirnya, setelah memikirkan matang-matang topik
yang akan dibahas dalam karya tulis ilmiah tersebut, saya memutuskan untuk
mengambil topik mengenai Sistem Jalan Berbayar Elektronik atau
dalam bahasa Inggris disebut ERP (Electronic Road Pricing).
Saya
tidak sendirian dalam menyusun karya tulis ilmiah tersebut, tetapi bersama tim
saya yang terdiri dari dua orang teman sekelas, yaitu Deny Arief Prasetyo dan
Hayunesia Hisa Kumala. Selain itu, banyak pihak-pihak yang turut andil sebagai
narasumber maupun responden dari kuesioner yang kami bertiga bagikan sebagai
bahan penyusunan karya tulis ilmiah tersebut. Narasumber yang kami wawancarai
diantaranya adalah tiga orang mahasiswa DIV PKN STAN sebagai konsumen dari ERP yang
sering melewati jalan protokol ibu Kota Jakarta dan salah satu dosen yang
pernah bertempat tinggal di Australia sebagai acuan best practice sistem perhubungan darat yang ada di sana yang
berkaitan dengan topik ERP ini.
Mungkin
banyak dari pembaca postingan saya ini yang belum mengetahui apa itu ERP
sebelumnya. Berikut saya tuliskan bagian abstrak dari karya tulis saya ini.
ABSTRAK
Sistem Jalan
Berbayar Elektronik atau Electronic Road Pricing merupakan sistem
skema yang diadopsi dari Singapura untuk
mengatur lalu lintas dengan cara jalan berbayar. Singapura adalah kota
pertama di dunia yang menerapkan sistem pengumpulan tol jalan berbayar dalam
menanggulangi kemacetan. Sistem ini menggunakan gerbang terbuka yang
menggunakan sensor, sehingga kendaraan tidak perlu menghentikan atau
memperlambat untuk membayar. Sistem kerja sensor di gerbang ERP akan
mendeteksi alat On Board Unit (OBU) yang dipasangkan pada mobil yang melintas.
Secara
otomatis pulsa dalam OBU akan terpotong begitu melewati gerbang ERP. Sistem
kerja tak jauh berbeda dengan gate electric
di jalan tol. Bedanya dalam ERP pengguna tidak perlu berhenti sejenak di
gerbang pembayaran. Pengguna terus melaju sehingga tidak menimbulkan antrean.
Alat yang disebut OBU tersebut merupakan buatan perusahaan Kapsch asal Swedia.
Alat ini pula yang dipakai oleh negara Swedia.
Namun, untuk
menerapkan sistem teknologi ini juga membutuhkan modal yang tidak sedikit. Demi
kelancaran sistem, pemerintah daerah juga dituntut untuk menyediakan teknologi
yang benar-benar mutakhir. Sedangkan bagi sebagian masyarakat sebagai pengguna
kawasan ERP mungkin akan sedikit memberatkan ekonominya. Kebutuhan menggunakan
jalan memaksa mereka untuk membayar pungutan setiap harinya pada pemerintah
karena melewati kawasan ERP tersebut.
Nah, itu
tadi sekilas mengenai ERP. Mungkin banyak dari pembaca yang bertanya-tanya
mengapa saya mengambil topik ERP dan bagaimana awal mula saya bisa mengambil
topik mengenai ERP ini. Jadi, awalnya memang sulit menentukan topik apa yang
akan kita bahas dalam sebuah penulisan karya tulis ilmiah, terutama memikirkan
sulitnya mengambil topik yang menarik minat pembaca. Lalu, saya mencoba untuk browsing di Google mengenai berita teknologi terbaru. Kemudian, secara tidak
sengaja saya menemukan berita mengenai usulan mantan Gubernur DKI Jakarta yaitu
“Ahok” tentang penerapan ERP sebagai sarana tilang online. Dari situlah saya tertarik untuk megembangkan dan mencari
informasi lebih dalam mengenai berita ini. Ternyata setelah sekian banyak situs
yang saya baca, ERP sebenarnya bukanlah sarana tilang online, melainkan sarana pembatasan lalu lintas dalam mengurangi
kemacetan. Ditambah lagi ketika saya membuka aplikasi instagram, saya menemukan sumber yang mengulas sedikit video menarik
terkait cara pengoperasian ERP yang menambah minat saya untuk semakin mantap
mengambil topik tersebut untuk dikembangkan menjadi karya tulis ilmiah
berdasarkan data dan fakta yang valid bersama rekan-rekan satu tim saya
tersebut.
Kenapa sih kita harus
menulis?
Banyak
sekali manfaat dari menulis, terutama bagi mahasiswa sebagai bagian dari
civitas akademika. Dengan menulis, kita akan mengembangkan keterampilan membaca
karena sebelum menulis karangan ilmiah tentu kita mesti membaca dahulu
kepustakaan yang ada relevansinya dengan topik yang dibahas. Selain itu, dengan
menulis akan meningkatkan keterampilan dalam mengorganisasikan dan menyajikan
fakta dari bahan-bahan yang telah kita temukan menjadi sebuah karya yang
sistematis. Manfaat yang paling utama ialah dari kegiatan menulis dapat memperluas
cakrawala ilmu pengetahuan kita dan memberikan informasi yang bermanfaat bagi
masyarakat.
Ada
beberapa metode penulisan sebuah karya tulis ilmiah. Untuk karya tulis ilmiah
ini, saya dan tim saya menggunakan metode studi kepustakaan dan metode
kuesioner serta metode wawancara sebagai alat pengumpulan data dan fakta.
Kajian pustakanya sendiri lebih banyak mmengandalkan internet sebagai media informasi
sebab belum banyak buku atau tulisan lainnya yang mengulas mengenai ERP ini.
Ada
banyak suka duka yang kami rasakan dalam menyusun karya tulis ini. Awalnya
setelah beberapa minggu penyusunan, saya berpikir untuk mengganti judul saja
karena terbatasnya literatur dan informasi menganai ERP ini. Tetapi,
alhamdulillah saya beruntung memiliki tim yang optimis dan mudah diandalkan
dalam menghadapi setiap kesulitan yang kami hadapi J Kami pun akhirnya mantap untuk melanjutkan
topik tersebut setelah berkonsultasi juga dengan dosen pembimbing mata kuliah
terkait, hingga akhirnya karya tulis ini dapat selesai dengan baik dan tepat waktu.
Kendala
yang sangat berarti dirasakan ketika penulis merasa bingung apalagi yang harus
ditulis dalam karya tulisnya, bingung menentukan subtopik apalagi yang harus
dikembangkan. Semua penulis terutama pemula pasti akan mengalami hal seperti
itu, termasuk kami yang notabene nya jarang membuat sebuah karya tulis apalagi sebuah
penelitian. Akan tetapi, melalui tugas karya tulis ini lah kami belajar
bagaimana menguraikan dan menyusun kerangka sebuah karya tulis ilmiah dan lebih
pentingnya lagi kami belajar untuk saling bekerja sama, membangun kekompakan,
saling menutupi kekurangan dan saling menurunkan ego masing-masing agar tujuan bersama
dari terselesaikannya karya tulis ini dapat tercapai.
Kendala
lainnya adalah ketika menyadari bahwa topik ERP yang kami bahas dalam rangka
kebijakan mengurangi kemacetan ibu Kota Jakarta adalah masih dalam bentuk uji
coba. Di situ mulailah lagi kami merasa pesimis untuk melanjutkan penelitian
ini. Tetapi, kendala tersebut dapat diatasi dengan adanya modifikasi judul dari
yang semula Efektivitas Electronic Road Pricing dalam Mengurangi Kemacetan Jakarta menjadi
Efektivitas Uji Coba Penerapan Electronic Road Pricing dalam
Mengurangi Kemacetan Jakarta.
Kemudian,
kendala lainnya dirasakan ketika deadline
batas waktu pengumpulan sudah dekat dan kami belum juga menemukan data yang
valid terkait ERP ini. Namun, hal tersebut dapat teratasi oleh kerja keras
bersama dalam mencari data-data elektronik dari Badan Pusat Statistik dan Dinas
Perhubungan terkait. Selain itu, hasil kerja sama terlihat secara nyata ketika
menyebarkan kuesioner elektronik berupa Googledocs
dalam mengumpulkan opini dan pengetahuan masyarakat sebelumnya mengenai ERP
tersebut. Terbukti dengan responden yang berhasil kami dapatkan, yaitu sebanyak
96 orang dari target 100 orang dalam jangka waktu penyebaran satu malam saja.
Untuk sekadar
menambah informasi pembaca, ERP ini akan diterapkan di tiga jalan protokol
utama ibu Kota Jakarta, yaitu Jalan M.H. Thamrin, Jalan Rasuna Said, dan Jalan
Jenderal Sudirman. ERP sendiri telah berhasil mengurangi kemacetan di
negara-negara lain, seperti Inggris, Swedia, dan Singapura.
Itulah
seuntaian kisah yang saya dan dua rekan saya, Deny dan Hayunesia hadapi ketika
kami sama-sama belajar menyusun sebuah karya tulis ilmiah dari penelitian
pertama kami. Sungguh sebuah pengalaman yang tak ternilai harganya.
Sekian
dan terima kasih. Semoga bermanfaat. J
“Orang
boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di
dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.”
-Pramodya
Ananta Toer-
Ilustrasi gambar :
izwie.com
erp.jakarta.go.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar