Senin, 09 Januari 2017

CERITA TENTANG MENYUSUN SEBUAH HASIL PENELITIAN



PERJALANAN MENUJU SEBUAH KARYA TULIS ILMIAH SEBAGAI WARISAN PENGETAHUAN

 

Sekitar minggu ketiga bulan September 2016 tepatnya tanggal 21 September 2016, saya dan rekan-rekan satu kelas ditugasi oleh Dosen Mata Kuliah Aplikasi Keuangan Negara untuk membuat sebuah karya tulis bertemakan Teknologi Informasi dan Komunikasi. Dari tema tersebut, kami bebas untuk mengambil topik apa saja mengenai kemajuan teknologi yang sudah memberi banyak manfaat bagi pekerjaan manusia dewasa ini. Akhirnya, setelah memikirkan matang-matang topik yang akan dibahas dalam karya tulis ilmiah tersebut, saya memutuskan untuk mengambil topik mengenai Sistem Jalan Berbayar Elektronik atau dalam bahasa Inggris disebut ERP (Electronic Road Pricing).

Saya tidak sendirian dalam menyusun karya tulis ilmiah tersebut, tetapi bersama tim saya yang terdiri dari dua orang teman sekelas, yaitu Deny Arief Prasetyo dan Hayunesia Hisa Kumala. Selain itu, banyak pihak-pihak yang turut andil sebagai narasumber maupun responden dari kuesioner yang kami bertiga bagikan sebagai bahan penyusunan karya tulis ilmiah tersebut. Narasumber yang kami wawancarai diantaranya adalah tiga orang mahasiswa DIV PKN STAN sebagai konsumen dari ERP yang sering melewati jalan protokol ibu Kota Jakarta dan salah satu dosen yang pernah bertempat tinggal di Australia sebagai acuan best practice sistem perhubungan darat yang ada di sana yang berkaitan dengan topik ERP ini.

Mungkin banyak dari pembaca postingan saya ini yang belum mengetahui apa itu ERP sebelumnya. Berikut saya tuliskan bagian abstrak dari karya tulis saya ini.

ABSTRAK
Sistem Jalan Berbayar Elektronik atau  Electronic Road Pricing merupakan sistem skema yang diadopsi dari Singapura untuk mengatur lalu lintas dengan cara jalan berbayar. Singapura adalah kota pertama di dunia yang menerapkan sistem pengumpulan tol jalan berbayar dalam menanggulangi kemacetan. Sistem ini menggunakan gerbang terbuka yang menggunakan sensor, sehingga kendaraan tidak perlu menghentikan atau memperlambat untuk membayar. Sistem kerja sensor di gerbang ERP akan mendeteksi  alat On Board Unit (OBU) yang dipasangkan pada mobil yang melintas.
Secara otomatis pulsa dalam OBU akan terpotong begitu melewati gerbang ERP. Sistem kerja tak jauh berbeda dengan gate electric di jalan tol. Bedanya dalam ERP pengguna tidak perlu berhenti sejenak di gerbang pembayaran. Pengguna terus melaju sehingga tidak menimbulkan antrean. Alat yang disebut OBU tersebut merupakan buatan perusahaan Kapsch asal Swedia. Alat ini pula yang dipakai oleh negara Swedia.
Namun, untuk menerapkan sistem teknologi ini juga membutuhkan modal yang tidak sedikit. Demi kelancaran sistem, pemerintah daerah juga dituntut untuk menyediakan teknologi yang benar-benar mutakhir. Sedangkan bagi sebagian masyarakat sebagai pengguna kawasan ERP mungkin akan sedikit memberatkan ekonominya. Kebutuhan menggunakan jalan memaksa mereka untuk membayar pungutan setiap harinya pada pemerintah karena melewati kawasan ERP tersebut.

Nah, itu tadi sekilas mengenai ERP. Mungkin banyak dari pembaca yang bertanya-tanya mengapa saya mengambil topik ERP dan bagaimana awal mula saya bisa mengambil topik mengenai ERP ini. Jadi, awalnya memang sulit menentukan topik apa yang akan kita bahas dalam sebuah penulisan karya tulis ilmiah, terutama memikirkan sulitnya mengambil topik yang menarik minat pembaca. Lalu, saya mencoba untuk browsing di Google mengenai berita teknologi terbaru. Kemudian, secara tidak sengaja saya menemukan berita mengenai usulan mantan Gubernur DKI Jakarta yaitu “Ahok” tentang penerapan ERP sebagai sarana tilang online. Dari situlah saya tertarik untuk megembangkan dan mencari informasi lebih dalam mengenai berita ini. Ternyata setelah sekian banyak situs yang saya baca, ERP sebenarnya bukanlah sarana tilang online, melainkan sarana pembatasan lalu lintas dalam mengurangi kemacetan. Ditambah lagi ketika saya membuka aplikasi instagram, saya menemukan sumber yang mengulas sedikit video menarik terkait cara pengoperasian ERP yang menambah minat saya untuk semakin mantap mengambil topik tersebut untuk dikembangkan menjadi karya tulis ilmiah berdasarkan data dan fakta yang valid bersama rekan-rekan satu tim saya tersebut.

Kenapa sih kita harus menulis?
Banyak sekali manfaat dari menulis, terutama bagi mahasiswa sebagai bagian dari civitas akademika. Dengan menulis, kita akan mengembangkan keterampilan membaca karena sebelum menulis karangan ilmiah tentu kita mesti membaca dahulu kepustakaan yang ada relevansinya dengan topik yang dibahas. Selain itu, dengan menulis akan meningkatkan keterampilan dalam mengorganisasikan dan menyajikan fakta dari bahan-bahan yang telah kita temukan menjadi sebuah karya yang sistematis. Manfaat yang paling utama ialah dari kegiatan menulis dapat memperluas cakrawala ilmu pengetahuan kita dan memberikan informasi yang bermanfaat bagi masyarakat.

Ada beberapa metode penulisan sebuah karya tulis ilmiah. Untuk karya tulis ilmiah ini, saya dan tim saya menggunakan metode studi kepustakaan dan metode kuesioner serta metode wawancara sebagai alat pengumpulan data dan fakta. Kajian pustakanya sendiri lebih banyak mmengandalkan internet sebagai media informasi sebab belum banyak buku atau tulisan lainnya yang mengulas mengenai ERP ini.

Ada banyak suka duka yang kami rasakan dalam menyusun karya tulis ini. Awalnya setelah beberapa minggu penyusunan, saya berpikir untuk mengganti judul saja karena terbatasnya literatur dan informasi menganai ERP ini. Tetapi, alhamdulillah saya beruntung memiliki tim yang optimis dan mudah diandalkan dalam menghadapi setiap kesulitan yang kami hadapi J Kami pun akhirnya mantap untuk melanjutkan topik tersebut setelah berkonsultasi juga dengan dosen pembimbing mata kuliah terkait, hingga akhirnya karya tulis ini dapat selesai dengan baik dan tepat waktu.

Kendala yang sangat berarti dirasakan ketika penulis merasa bingung apalagi yang harus ditulis dalam karya tulisnya, bingung menentukan subtopik apalagi yang harus dikembangkan. Semua penulis terutama pemula pasti akan mengalami hal seperti itu, termasuk kami yang notabene nya jarang membuat sebuah karya tulis apalagi sebuah penelitian. Akan tetapi, melalui tugas karya tulis ini lah kami belajar bagaimana menguraikan dan menyusun kerangka sebuah karya tulis ilmiah dan lebih pentingnya lagi kami belajar untuk saling bekerja sama, membangun kekompakan, saling menutupi kekurangan dan saling menurunkan ego masing-masing agar tujuan bersama dari terselesaikannya karya tulis ini dapat tercapai.

Kendala lainnya adalah ketika menyadari bahwa topik ERP yang kami bahas dalam rangka kebijakan mengurangi kemacetan ibu Kota Jakarta adalah masih dalam bentuk uji coba. Di situ mulailah lagi kami merasa pesimis untuk melanjutkan penelitian ini. Tetapi, kendala tersebut dapat diatasi dengan adanya modifikasi judul dari yang semula Efektivitas Electronic Road Pricing dalam Mengurangi Kemacetan Jakarta menjadi Efektivitas Uji Coba Penerapan Electronic Road Pricing dalam Mengurangi Kemacetan Jakarta.

Kemudian, kendala lainnya dirasakan ketika deadline batas waktu pengumpulan sudah dekat dan kami belum juga menemukan data yang valid terkait ERP ini. Namun, hal tersebut dapat teratasi oleh kerja keras bersama dalam mencari data-data elektronik dari Badan Pusat Statistik dan Dinas Perhubungan terkait. Selain itu, hasil kerja sama terlihat secara nyata ketika menyebarkan kuesioner elektronik berupa Googledocs dalam mengumpulkan opini dan pengetahuan masyarakat sebelumnya mengenai ERP tersebut. Terbukti dengan responden yang berhasil kami dapatkan, yaitu sebanyak 96 orang dari target 100 orang dalam jangka waktu penyebaran satu malam saja.

Untuk sekadar menambah informasi pembaca, ERP ini akan diterapkan di tiga jalan protokol utama ibu Kota Jakarta, yaitu Jalan M.H. Thamrin, Jalan Rasuna Said, dan Jalan Jenderal Sudirman. ERP sendiri telah berhasil mengurangi kemacetan di negara-negara lain, seperti Inggris, Swedia, dan Singapura.

Itulah seuntaian kisah yang saya dan dua rekan saya, Deny dan Hayunesia hadapi ketika kami sama-sama belajar menyusun sebuah karya tulis ilmiah dari penelitian pertama kami. Sungguh sebuah pengalaman yang tak ternilai harganya.
Sekian dan terima kasih. Semoga bermanfaat. J

 “Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.”
-Pramodya Ananta Toer-

Ilustrasi gambar :
izwie.com
erp.jakarta.go.id 

STUNTING

sumber : www.google.com        Tanggal 23 Juli lalu kita memperingati hari anak nasional atau Children’s Day. Anak adalah pelita, deng...